- Back to Home »
- Makalah »
- Retardasi Mental
Posted by : Unknown
Sabtu, 04 April 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Retardasi
mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar, terutama bagi
Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar
0.3% dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70.
Sebagai
sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0.1% dari
anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang
hidupnya. Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan
bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan
pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.
Seorang
anak dengan keterbelakangan mental selalu akan menghadapi persoalan baik yang
berasal dari dirinya, keluarganya maupun masyarakat di sekitarnya. Kurangnya
kemampuan intelektual dan penyesuaian diri anak menyebabkan anak kurang mampu
bergaul dengan teman-teman sebayanya sehingga anak sering dipencilkan dari
pergaulan teman-teman seumurnya akibatnya anak bergaul atau bermain dengan
teman-teman yang lebih muda atau mengurangi kegiatannya sampai menarik diri
dari pergaulan. Orang tua atau keluarga sering kecewa terhadap kemampuan
penderita sehingga akhirnya bersikap menolak. Akibat sikap penolakan ini,
penderita mengalami kekurangan kasih sayang dan perhatian padahal justru
penderita dengan keterbelakangan mental lebih membutuhkan pengertian yang mendalam
dan perhatian dari orang tua yang melebihi anak normal dan anak sering
mengalami ketegangan, kesedihan, kebingungan, karena kurangnya bimbingan atau
tuntunan yang jelas.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Retadarsi Mental?
2. Apa
penyebab Retadarsi mental?
3.
Bagaimana cara menanggulangi Retadarsi mental?
BAB II
PEMBAHASAN
RETARDASI MENTAL
PEMBAHASAN
RETARDASI MENTAL
A. Pengertian Retadarsi Mental
Keterbelakangan
mental atau lazim disebut retardasi mental (RM) adalah suatu
keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan
(sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Biasanya terdapat perkembangan mental
yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang
terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo =
kurang atau sedikit danfren = jiwa) atau tuna mental. Keadaan
tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata
dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau
berprilaku adaptif ( W.F. Maramis, 2005 ).
Retardasi
mental (mental retardation) adalah keterlambatan yang mencakup rentang
yang luas dalam perkembangan fungsi kognitif dan social (APA, 2000). Perkembangan
retardasi mental bervariasi. Banyak anak dengan retardasi mental menjadi lebih
baik seiring berjalannya waktu, terutama bila mereka mendapatkan dukungan,
bimbingan dan kesempatan pendidikan yang besar. Mereka yang tumbuh dalam
lingkungan yang kurang mendukung dapat mengalami kegagalan untuk berkembang
atau kemunduran dalam hubungannya dengan anak-anak lainnya.
Menurut
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III (PPDGJ III)
retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu
kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial ( Salmioah S, 2010 ).
Menurut American
Association Mental Retardation (AAMR, 2002 ) retardasi mental adalah
suatu disabilitas yang ditandai dengan suatu limitasi/keterbatasan yang
bermakna baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif yang
diekspresikan dalam keterampilan konseptual, social dan praktis. Menurut Diagnostic
and Scientific Manual IV-TR (DSM IV-TR) retardasi mental adalah sama
dengan definisi AAMR tetapi ditambahkan batas derajat IQ 70( Salmioah S, 2010
).
Anak
berkemampuan mental rendah adalah mereka yang kecerdasannya berada di bawah
rata-rata anak normal. Disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka kurang cakap dalam memikirkan
hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang berbelit-belit. Mereka kurang
atau terbelakang atau tidak berhasil bukan atau untuk sehari dua hari atau
sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu dua
hal tetapi hampir segala-galanya lebih-lebih dalam pelajaran : Mengarang,
menyimpulkan isi bacaan, menggunakan symbol-simbol, berhitung, dan semua
pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan
Menurut James D. Page,
Retardasi mental adalah Kondisi perkembangan mental dibawah normal yang
dibawah sejak lahir. Hal ini terutama ditandai dengan intelegensi yang terbatas
dan ketidak mampuan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Menurut UU
RI Nomor : 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. Pasal 1 : Penyandang Cacat Retardasi Mental
adalah setiap orang yang mempunyai kelainan mental, yang dapat mengganggu atau
merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara layak.
B. Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman Penggolongan
Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ/DSM III 1995) adalah
1. Retardasi
mental ringan (F.70) (debil)
IQ berkisar
antara 50 sampai 69 menunjukkan retardasi mental ringan. umur mental 8 -11
tahun. dapat dilatih dan dididik. dapat merawat dirinya dan melakukan semua
pekerjaan di rumah.Mereka tidak selalu dapat dibedakan dengan anak-anak normal
sebelum mulai bersekolah. Pemahaman dan penggunaan bahasa hanya sedikit
terlambat. tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga
istimewa atau Sekolah Luar Biasa. pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum
tampak kekurangannya, sesudah menginjak Sekolah Dasar tampak kurang
kepandaiannya, sehingga sukar untuk naik kelas (kelas I SD – 3 tahun) (Maslim,
2001 ; Santrock 2008 ; Ghosali, 1983)
Di usia
remaja kemampuan berbicara yang mempengaruhi kemandirian dapat menetap, namun
untuk kebutuhan sehari hari kebanyakan dapat mandiri penuh dapat merawat diri
sendiri dan mencapai ketrampilan praktis, keterampilan rumah tanggadapat
mempertahankan hubungan social dan berperan di masyarakat. Kesulitan biasanya
dalam bidang akademis terutama dalam kemampuan membaca dan menulis. dalam
keadaan cocok Mereka dapat bekerja mencari nafkah ketika dewasa, pekerjaan yang
tidak memerlukan keterampilan yang rumit – tetapi tak dapat bersaing dengan
orang lain dan tak dapat mengurus pekerjaannya dengan bijaksana, sehingga bila
ada penghematan tenaga kerja, penderita diberhentikan lebih dahulu. dan mereka
dapat berumah tangga. tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit
yang dapat difahami.kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau
hal-hal yang baik dan buruk, sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh
karena itu perlu pengawasan orang tua dalam melakukan aktivitasnya.Sinonim:Feeble
minded, moron hight grede defect, mild mental subnormality. (Maslim,
2001 ;Nuhriawangsa 2011)
2. Retardasi
mental sedang (F71) (imbecile ringan)
Antara IQ
35 hingga 49 umurmental 4 – 8 tahun. Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable
&Educable) sampai ke taraf kelas II – III SD. Orang yang mengalami
retardasi mental sedang umumnya ada profil kesenjangan (disrepancy) dari
kemampuan, beberap memiliki kemampuan lebih tinggi dalam visio- spacial
daripada tugas tugas yang tergantung dengan bahasa, sedangkan kemampuan lainnya
Nampak canggung namun msih dapat melakukan interaksi social dan percakapan
sederhana (kemampuan bahasa sangat bervariasi mulai dari percakapan
sederhana sampai hanya dapat berkomunikasi seadanya hanya untuk kebutuhan
dasar).Terdapat keterlambatan perkembangan yang nyata pada masa kanak kanak.
sebagian besar dari penyandang retardasi mental sedang dapat dilatih
mengembangkan beberapa tahap kemandirian dalam memelihara diri sendiri seperti
makan, mandi danberpakaian sendiri. mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan
diri. dapat dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya : menyapu,
mencuci piring, membersihkan rumah dsb. bisa menghitung 1 – 20, mengetahui
macam-macam warna dan membaca beberapa suku, namun pada saat dewasa pasien akan
membutuhkan berbagai tingkat dukungan untuk dapat hidup dan bekerja di
masyarakat. (Maslim, 2001 ;Nuhriawansa 2011; Santrock 2008 ;
Ghosali, 1983).
Memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal. Pengklasifikasian/penggolongan Anak yang
memiliki keterbelakangan mental, untuk keperluan pembelajaran menurut
American Association on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario
Schools (p. 100) sebagai berikut:
1.Educable
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
2.Trainable
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuanya untuk mendapat pendidikan secara kademik.
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuanya untuk mendapat pendidikan secara kademik.
3.Custodial
Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan yang terus menerus.
Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan yang terus menerus.
Sedangkan
penggolongan retardasi mental untuk Keperluan Pembelajaran menurut
B3PTKSM (p. 26) sebagai berikut:
1. Taraf perbatasan (borderline)
dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow learner) dengan IQ 70 –
85.
2. Anak keterbelakangan mental mampu
didik (educable mentally retarded) dengan IQ 50 – 75 atau 75.
3. Anak keterbelakangan mampu
latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 30 – 50 atau IQ 35 – 55.
4. Anak keterbelakangan butuh
rawat (dependent or profoundly mentally retarded) dengan IQ dibawah 25 atau 30.
Penggolongan retardasi
mental secara Medis-Biologis menurut Roan, 1979, dalam B3PTKSM (p.
25) sebagai berikut:
1.
Retardasi mental taraf perbatasan (IQ: 68 – 85).
2. Retardasi
mental ringan (IQ: 52 – 67).
3. Retardasi
mental sedang (IQ: 36 – 51).
4. Retardasi
mental berat (IQ: 20 – 35).
5.
Retardasi mental sangat berat (IQ: kurang dari 20); dan
6.
Retardasi mental tak tergolongkan.
Adapun
penggolongan retardasi mental secara Sosial-Psikologis terbagi 2
(dua) kriteria yaitu: psikometrik dan perilaku adaptif.
Ada 4
(empat) taraf retartasi mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut
skala inteligensi Wechsler (Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26),
yaitu:
1. Retardasi
mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.
2. Retardasi
mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40 –54.
3. Retardasi
mental berat (severe mental tetardation) dengan IQ: 20 – 39.
4. Retardasi
mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah.
Penggolongan
anak retardasi mental menurut kriteria perilaku adaptif tidak
berdasarkan taraf inteligensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini
juga mempunyai 4 (empat) taraf, yaitu:
1. Ringan
2. Sedang
3. Berat
4. Sangat
Berat.
Sedangkan
secara klinis, retardasi mental, dapat digolongkan atas dasar tipe
atau ciri-ciri jasmaniah secara berikut:
1. Down Syindrome (mongoloid )
Disebut anak keterbelakangan mental jenis ini disebut demikian karena
memiliki raut muka menyerupai orang mongol dengan mata sipit dan miring, lidah
tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang
baik.
2. Kretin (cebol)
Anak ini memperlihatkan ciri-ciri, seperti bdan gemuk dan pendek, kaki dan
tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal, dan keriput, rambut
kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki tebal,
pertumbuhan gigi terlambat.
3. Hydrocephalus
Memiliki ciri-ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran
tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.
4. Microcephalus
Memiliki ukuran kepala yang kecil.
C. Penyebab Retardasi Mental
Retardasi
mental dapat disebabkan oleh aspek prenatal, psikisosial dan
biologis (APA, 2000). Penyebab biologis mencakup gangguan kromosom dan genetis,
penyakit infeksi dan penggunaan alkohol pada saat ibu mengandung. Walaupun
demikian, lebih dari seaparuh kasus retardasi mental tetap tidak dijelaskan,
terutama yang tergolong dalam retardasi ringan ( Flint dkk., 1995). Kasus-kasus
yang tidak dapat dijelaskan ini mungkin melibatkan penyebab dari unsur budaya
atau keluarga, seperti pengasuhan dalam lingkungan rumah yang miskin. Atau
mungkin penyebabnya merupakan interaksi antara factor psikososial dan genetis,
hal yang masih amat minim dipahami (Thaper dkk., 1994).
1. Faktor Prenatal.
Penggunaan
berat alkohol pada perempuan hamil dapat menimbulkan gangguan pada anak yang
mereka lahirkan yang disebut dengan fetal alcohol syndrome. Faktor-faktor
prenatal lain yang memproduksi retardasi mental adalah ibu hamil yang
menggunakan bahan-bahan kimia, dan nutrisi yang buruk. (Durand, 2007). Penyakit
ibu yang juga menyebabkan retardasi mental adalah sifilis, cytomegalovirus, dan
herpes genital. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen dan cidera
kepala, menempatkan anak pada resiko lebih besar terhadap gangguan retardasi
mental. Kelahiran premature juga menimbulkan resiko retardasi mental dan
gangguan perkembangan lainnya. Infeksi otak, seperti encephalitis dan
meningitis juga dapat menyebabkan retardasi mental. Anak-anak yang terkena
racun, seperti cat yang mengandung timah, juga dapat terkena retardasi mental.
(Nevid, 2003)
2. Faktor
Psikososial
Seperti
lingkungan rumah atau sosial yang miskin, yaitu yang tidak memberikan stimulasi
intelektual, penelantaran, atau kekerasan dari orang tua dapat menjadi penyebab
atau memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi mental. (Nevid,
2002) Anak-anak dalam keluarga yang miskin mungkin kekurangan mainan,
buku, atau kesempatan untuk berinteraksi dengan orang dewasa melalui cara-cara
yang menstimulasi secara intelektual akibatnya mereka gagal mengembangkan
keterampilan bahasa yang tepat atau menjadi tidak termotivasi untuk belajar
keterampilan-keterampilan yang penting dalam masyarakat kontemporer.
Beban-beban ekonomi seperti keharusan memiliki lebih dari satu pekerjaan dapat
menghambat orang tua untuk meluangkan waktu membacakan buku anak-anak,
mengobrol panjang lebar, dan memperkenalkan mereka pada permainan kreatif.
Lingkaran kemiskinan dan buruknya perkembangan intelektual dapat berulang dari
generasi ke generasi (Nevid, 2002).
Kasus yang
berhubungan dengan aspek psikososial disebut sebagai retardasi budaya-keluarga
(cultural-familial retardation). Pengaruh cultural yang mungkin memberikan
kontribusi terhadap gangguan ini termasuk penganiayaan, penelantaran, dan
deprivasi sosial. (Durand, 2007).
3. Faktor
Biologis
a).
Pengaruh genetik
Kebanyakan
peneliti percaya bahwa di samping pengaruh-pengaruh lingkungan, penderita
retardasi mental mungkin dipengaruhi oleh gangguan gen majemuk (lebih dari satu
gen) (Abuelo, 1991, dalam Durand, 2007) Salah satu gangguan gen dominan yang
disebut tuberous sclerosis, yang relatif jarang, muncul pada 1 diantara 30.000
kelahiran. Sekitar 60% penderita gangguan ini memiliki retardasi mental (Vinken
dan Bruyn, 1972, dalam Durand 2007). Phenyltokeltonuria (PKU) merupakan
gangguan genetis yang terjadi pada 1 diantara 10.000 kelahiran (Plomin, dkk,
1994, dalam Nevid, 2002). Gangguan ini disebabkan metabolisme asam amino
Phenylalanine yang terdapat pada banyak makanan. Asam Phenylpyruvic, menumpuk
dalam tubuh menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat yang mengakibatkan
retardasi mental dan gangguan emosional.
b).
Pengaruh kromosomal
Jumlah
kromosom dalam sel-sel manusia yang berjumlah 46 baru diketahui 50 tahun yang
lalu (Tjio dan Levan, 1956, dalam Durand, 2007). Tiga tahun berikutnya, para
peneliti menemukan bahwa penderita Sindroma Down memiliki sebuah kromosom kecil
tambahan. Semenjak itu sejumlah penyimpangan kromosom lain menimbulkan
retardasi mental telah teridentifikasi yaitu Down syndrome dan Fragile X
syndrome.
1. Down syndrome
Sindroma
down, merupakan bentuk retardasi mental kromosomal yang paling sering dijumpai,
di identifikasi untuk pertama kalinya oleh Langdon Down pada tahun 1866.
Gangguan ini disebabkan oleh adanya sebuah kromosom ke 21 ekstra dan oleh
karenanya sering disebut dengan trisomi 21. (Durand, 2007). Anak retardasi
mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah Sindroma Down
atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 – 60, dan rata-rata mereka
memliki IQ 30 – 50. (Wade, 2000, dalam Nevid 2003). Menyatakan abnormalitas
kromosom yang paling umum menyebabkan retardasi mental adalah sindrom down yang
ditandai oleh adanya kelebihan kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan
kromosom ke 21, sehingga mengakibatkan jumlah kromosom menjadi 47. Anak dengan
sindrom down dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu, seperti wajah
bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah ke bawah
pada kulit dibagian ujung mata yang memberikan kesan sipit. Lidah yang
menonjol, tangan yang kecil, dan berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek,
jari kelima yang melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak
proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupakan ciri-ciri anak
dengan sindrom down. Hampir semua anak ini mengalami retardasi mental dan
banyak diantara mereka mengalami masalah fisik seperti gangguan pada
pembentukan jantung dan kesulitan pernafasan. (Nevid, 2003)
2. Fragile X syndrome
Fragile X
syndrome merupakan tipe umum dari retardasi mental yang diwariskan. Gangguan
ini merupakan bentuk retardasi mental paling sering muncul setelah sindrom down
(Plomin, dkk, 1994, dalam Nevid, 2003). Gen yang rusak berada pada area
kromosom yang tampak rapuh, sehingga disebut Fragile X syndrome. Sindrom ini
mempengaruhi laki-laki karena mereka tidak memiliki kromosom X kedua dengan
sebuah gen normal untuk mengimbangi mutasinya. Laki-laki dengan sindrom ini
biasanya memperlihatkan retardasi mental sedang sampai berat dan memiliki angka
hiperaktifitas yang tinggi. Estimasinya adalah 1 dari setiap 2.000 laki-laki lahir
dengan sindrom ini ( Dynkens, dkk, 1998, dalam Durand, 2007).
D. Permasalahan
Anak Berekemampuan Mental Rendah
a. Kesulitan dalam kehidupan
sehari-hari, misal saat mengikat tali sepatu, merapikan tempat tidur,
b. Masalah kesulitan belajar terutama
pada bidang akademik, matik, ipa, bahasa, mengalami kesulitan pada proses
menangkap pelajaran, kesulitan belajar yang baik, mencari metode yang tepat,
berpikir abstrak terbatas.
c. Masalah penyesuaian diri. Kurang
bisa beradaptasi dengan lingkungan. Cenderung dijauhi masyarakat hal tersebut
mengganggu pembentukan pribadi.
d. Penyaluran ke tempat kerja. Masih
sedikit sekali
e. Masalah kepribadian dan emosi.
Kemampuan berpikir dan keseimbangan kepribadiannya labil
f. Masalah pemanfaatan waktu luang.
Perlu ada kegiatan di waktu luang agar tidak mengganggu lingkungan
E. Akibat Yang Menyertai Retardasi Mental
1. Akibat Bagi Anak
Akibat yang
ditimbulkan oleh gangguan retardasi mental bagi anak yang mengalaminya antara
lain sebagai berikut :
Ø Konsep
diri yang seharusnya positif menjadi negatif
Ø Dalam
mengingat sulit jika tidak diurutkan dari awal
Ø Sulit
meraih sukses dan menyelesaikan karir sekolahnya
2. Akibat Pada Orang Tua dan Guru
Karena
dengan kecendrungan Retardasi mental banyak kata-kata/ simbol-simbol susah di
ingatnya jika tidak berurutan dari pertama dia lihat sehingga orang tua harus
banyak meluangkan waktu pada anak yang terkena gangguan Retardasi Mental dan
harus membuat simbol/ kata-kata/ kegiatan yang berurut dari awal.
Bagi guru
yang mengajari anak Retardasi Mental harus banyak bersabar dalam mengajar jika
mengenalkan pada anak simbol/ kata-kata agar si anak bisa memahaminya.
Terkadang
orang tua dan guru menjadi hilang kesabaran dalam memberikan simbol/ kata-kata
yang harus berurut dan tidak boleh acakan pada anak yang menggalami Retardasi
Mental.
F. Penanganan
Terhadap Retardasi Mental
Pencegahan
retardasi mental dapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan
sekunder.
1.
Pencegahan Primer
Usaha
pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mentaldapat dilakukan dengan:a.
Pendidikan kesehatan pada masyarakat.b. Perbaikan keadaan social-ekonomi.c.
Konseling genetik.d. Tindakan kedokteran, antara lain:1) Perawatan prenatal
dengan baik;2) Pertolongan persalinan yang baik;3) Pencegahan kehamilan usia
sangat muda (usia ibu kurang dari20 tahun) dan terlalu tua (usia ibu lebih dari
46 tahun).
2.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan
sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapatdilakukan dengan diagnosis
dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Greene, Beverly. Jeffrey S. Nevid, Spencer
A. Rathus . 2003. Psikologi Abnormal. Penerbit Erlangga.
I.G A.K. Wardani, dkk. 2007. Pengantar
Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumardi Suryabiata. 2004.
Psikologi Pendidikan Jakarta: PT. Raja Grapindo
Richards, Graham. 2009. PSIKOLOGI.
Yogyakarta: Pustaka Baca
Baccarat and Strategy for the Poker Room - FEBCASINO
BalasHapusBaccarat is a great way for you to play on the casino floor. The casino floor 메리트 카지노 쿠폰 is filled with baccarat, hands-down poker, 바카라 and baccarat. It 온카지노