Posted by : Unknown Sabtu, 04 April 2015


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar, terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70. 

Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya. Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.
Seorang anak dengan keterbelakangan mental selalu akan menghadapi persoalan baik yang berasal dari dirinya, keluarganya maupun masyarakat di sekitarnya. Kurangnya kemampuan intelektual dan penyesuaian diri anak menyebabkan anak kurang mampu bergaul dengan teman-teman sebayanya sehingga anak sering dipencilkan dari pergaulan teman-teman seumurnya akibatnya anak bergaul atau bermain dengan teman-teman yang lebih muda atau mengurangi kegiatannya sampai menarik diri dari pergaulan. Orang tua atau keluarga sering kecewa terhadap kemampuan penderita sehingga akhirnya bersikap menolak. Akibat sikap penolakan ini, penderita mengalami kekurangan kasih sayang dan perhatian padahal justru penderita dengan keterbelakangan mental lebih membutuhkan pengertian yang mendalam dan perhatian dari orang tua yang melebihi anak normal dan anak sering mengalami ketegangan, kesedihan, kebingungan, karena kurangnya bimbingan atau tuntunan yang jelas. 

B.  Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Retadarsi Mental?
2. Apa penyebab Retadarsi mental?
3. Bagaimana cara menanggulangi Retadarsi mental?


BAB II
PEMBAHASAN
RETARDASI MENTAL
A.  Pengertian Retadarsi Mental
Keterbelakangan mental atau lazim disebut retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit danfren = jiwa) atau tuna mental. Keadaan tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau berprilaku adaptif ( W.F. Maramis, 2005 ).
Retardasi mental (mental retardation) adalah keterlambatan yang mencakup rentang yang luas dalam perkembangan fungsi kognitif dan social (APA, 2000).  Perkembangan retardasi mental bervariasi. Banyak anak dengan retardasi mental menjadi lebih baik seiring berjalannya waktu, terutama bila mereka mendapatkan dukungan, bimbingan dan kesempatan pendidikan yang besar. Mereka yang tumbuh dalam lingkungan yang kurang mendukung dapat mengalami kegagalan untuk berkembang atau kemunduran dalam hubungannya dengan anak-anak lainnya.  
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III (PPDGJ III)  retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial ( Salmioah S, 2010 ).
Menurut American Association Mental Retardation (AAMR, 2002 ) retardasi mental adalah suatu disabilitas yang ditandai dengan suatu limitasi/keterbatasan yang bermakna baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif yang diekspresikan dalam keterampilan konseptual, social dan praktis. Menurut Diagnostic and Scientific Manual IV-TR (DSM IV-TR) retardasi mental adalah sama dengan definisi AAMR tetapi ditambahkan batas derajat IQ 70( Salmioah S, 2010 ).    
Anak berkemampuan mental rendah adalah mereka yang kecerdasannya berada di bawah rata-rata anak normal. Disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan atau untuk sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya lebih-lebih dalam pelajaran : Mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan symbol-simbol, berhitung, dan semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
            Menurut James D. Page, Retardasi mental adalah Kondisi perkembangan mental dibawah normal yang dibawah sejak lahir. Hal ini terutama ditandai dengan intelegensi yang terbatas dan ketidak mampuan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Menurut UU RI Nomor : 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. Pasal 1 : Penyandang Cacat Retardasi Mental adalah setiap orang yang mempunyai kelainan mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara layak.
B. Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ/DSM III 1995) adalah
1. Retardasi mental ringan (F.70) (debil)
IQ berkisar antara 50 sampai 69 menunjukkan retardasi mental ringan. umur mental 8 -11 tahun. dapat dilatih dan dididik. dapat merawat dirinya dan melakukan semua pekerjaan di rumah.Mereka tidak selalu dapat dibedakan dengan anak-anak normal sebelum mulai bersekolah. Pemahaman dan penggunaan bahasa hanya sedikit terlambat. tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga istimewa atau Sekolah Luar Biasa. pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum tampak kekurangannya, sesudah menginjak Sekolah Dasar tampak kurang kepandaiannya, sehingga sukar untuk naik kelas (kelas I SD – 3 tahun) (Maslim, 2001 ; Santrock 2008 ; Ghosali, 1983)
Di usia remaja kemampuan berbicara yang mempengaruhi kemandirian dapat menetap, namun untuk kebutuhan sehari hari kebanyakan dapat mandiri penuh dapat merawat diri sendiri dan mencapai ketrampilan praktis, keterampilan rumah tanggadapat mempertahankan hubungan social dan berperan di masyarakat. Kesulitan biasanya dalam bidang akademis terutama dalam kemampuan membaca dan menulis. dalam keadaan cocok Mereka dapat bekerja mencari nafkah ketika dewasa, pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan yang rumit – tetapi tak dapat bersaing dengan orang lain dan tak dapat mengurus pekerjaannya dengan bijaksana, sehingga bila ada penghematan tenaga kerja, penderita diberhentikan lebih dahulu. dan mereka dapat berumah tangga. tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit yang dapat difahami.kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau hal-hal yang baik dan buruk, sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh karena itu perlu pengawasan orang tua dalam melakukan aktivitasnya.Sinonim:Feeble minded, moron hight grede defect, mild mental subnormality. (Maslim, 2001 ;Nuhriawangsa 2011)
2. Retardasi mental sedang (F71) (imbecile ringan)
Antara IQ 35 hingga 49 umurmental 4 – 8 tahun. Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable &Educable) sampai ke taraf kelas II – III SD. Orang yang mengalami retardasi mental sedang umumnya ada profil kesenjangan (disrepancy) dari kemampuan, beberap memiliki kemampuan lebih tinggi dalam visio- spacial daripada tugas tugas yang tergantung dengan bahasa, sedangkan kemampuan lainnya Nampak canggung namun msih dapat melakukan interaksi social dan percakapan sederhana (kemampuan bahasa sangat bervariasi mulai dari  percakapan sederhana sampai hanya dapat berkomunikasi seadanya hanya untuk kebutuhan dasar).Terdapat keterlambatan perkembangan yang nyata pada masa kanak kanak. sebagian besar dari penyandang retardasi mental sedang dapat dilatih mengembangkan beberapa tahap kemandirian dalam memelihara diri sendiri seperti makan, mandi danberpakaian sendiri. mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan diri. dapat dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya : menyapu, mencuci piring, membersihkan rumah dsb. bisa menghitung 1 – 20, mengetahui macam-macam warna dan membaca beberapa suku, namun pada saat dewasa pasien akan membutuhkan berbagai tingkat dukungan untuk dapat hidup dan bekerja di masyarakat. (Maslim, 2001 ;Nuhriawansa 2011; Santrock 2008 ; Ghosali, 1983).
Memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal.  Pengklasifikasian/penggolongan Anak yang memiliki keterbelakangan mental, untuk keperluan pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut:
1.Educable
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
2.Trainable
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuanya untuk mendapat pendidikan secara kademik.
3.Custodial
Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan yang terus menerus.
Sedangkan penggolongan retardasi mental untuk Keperluan Pembelajaran menurut B3PTKSM (p. 26) sebagai berikut:
1. Taraf perbatasan (borderline) dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow learner) dengan IQ 70 – 85.
2. Anak keterbelakangan mental mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 50 – 75 atau 75.
3. Anak keterbelakangan  mampu latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 30 – 50 atau IQ 35 – 55.
4. Anak keterbelakangan butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded) dengan IQ dibawah 25 atau 30.
Penggolongan retardasi mental secara Medis-Biologis menurut Roan,  1979, dalam B3PTKSM (p. 25) sebagai berikut:
1. Retardasi mental taraf perbatasan (IQ: 68 – 85).
2. Retardasi mental ringan (IQ: 52 – 67).
3. Retardasi mental sedang (IQ: 36 – 51).
4. Retardasi mental berat (IQ: 20 – 35).
5. Retardasi mental sangat berat (IQ: kurang dari 20); dan
6. Retardasi mental tak tergolongkan.
Adapun penggolongan retardasi mental secara Sosial-Psikologis terbagi 2 (dua) kriteria yaitu: psikometrik dan perilaku adaptif.
Ada 4 (empat) taraf retartasi mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala inteligensi Wechsler (Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26), yaitu:
1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.
2. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40 –54.
3. Retardasi mental berat (severe mental tetardation) dengan IQ: 20 – 39.
4. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah.
Penggolongan anak retardasi mental menurut kriteria perilaku adaptif  tidak berdasarkan taraf inteligensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga mempunyai 4 (empat) taraf, yaitu:
1. Ringan
2. Sedang
3. Berat
4.  Sangat Berat.
Sedangkan secara klinis, retardasi mental, dapat digolongkan atas dasar tipe atau ciri-ciri jasmaniah secara berikut:
1. Down Syindrome (mongoloid )
Disebut anak keterbelakangan mental jenis ini disebut demikian karena memiliki raut muka menyerupai orang mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik.
2. Kretin (cebol)
Anak ini memperlihatkan ciri-ciri, seperti bdan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal, dan  keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat.
3. Hydrocephalus
Memiliki ciri-ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.
4. Microcephalus
Memiliki ukuran kepala yang kecil.
C.    Penyebab Retardasi Mental
Retardasi mental dapat disebabkan oleh aspek  prenatal, psikisosial dan biologis (APA, 2000). Penyebab biologis mencakup gangguan kromosom dan genetis, penyakit infeksi dan penggunaan alkohol pada saat ibu mengandung. Walaupun demikian, lebih dari seaparuh kasus retardasi mental tetap tidak dijelaskan, terutama yang tergolong dalam retardasi ringan ( Flint dkk., 1995). Kasus-kasus yang tidak dapat dijelaskan ini mungkin melibatkan penyebab dari unsur budaya atau keluarga, seperti pengasuhan dalam lingkungan rumah yang miskin. Atau mungkin penyebabnya merupakan interaksi antara factor psikososial dan genetis, hal yang masih amat minim dipahami (Thaper dkk., 1994).
1.      Faktor Prenatal.
Penggunaan berat alkohol pada perempuan hamil dapat menimbulkan gangguan pada anak yang mereka lahirkan yang disebut dengan fetal alcohol syndrome. Faktor-faktor prenatal lain yang memproduksi retardasi mental adalah ibu hamil yang menggunakan bahan-bahan kimia, dan nutrisi yang buruk. (Durand, 2007). Penyakit ibu yang juga menyebabkan retardasi mental adalah sifilis, cytomegalovirus, dan herpes genital. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen dan cidera kepala, menempatkan anak pada resiko lebih besar terhadap gangguan retardasi mental. Kelahiran premature juga menimbulkan resiko retardasi mental dan gangguan perkembangan lainnya. Infeksi otak, seperti encephalitis dan meningitis juga dapat menyebabkan retardasi mental. Anak-anak yang terkena racun, seperti cat yang mengandung timah, juga dapat terkena retardasi mental. (Nevid, 2003)


2. Faktor Psikososial
Seperti lingkungan rumah atau sosial yang miskin, yaitu yang tidak memberikan stimulasi intelektual, penelantaran, atau kekerasan dari orang tua dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi mental. (Nevid, 2002)  Anak-anak dalam keluarga yang miskin mungkin kekurangan mainan, buku, atau kesempatan untuk berinteraksi dengan orang dewasa melalui cara-cara yang menstimulasi secara intelektual akibatnya mereka gagal mengembangkan keterampilan bahasa yang tepat atau menjadi tidak termotivasi untuk belajar keterampilan-keterampilan yang penting dalam masyarakat kontemporer. Beban-beban ekonomi seperti keharusan memiliki lebih dari satu pekerjaan dapat menghambat orang tua untuk meluangkan waktu membacakan buku anak-anak, mengobrol panjang lebar, dan memperkenalkan mereka pada permainan kreatif. Lingkaran kemiskinan dan buruknya perkembangan intelektual dapat berulang dari generasi ke generasi (Nevid, 2002).
Kasus yang berhubungan dengan aspek psikososial disebut sebagai retardasi budaya-keluarga (cultural-familial retardation). Pengaruh cultural yang mungkin memberikan kontribusi terhadap gangguan ini termasuk penganiayaan, penelantaran, dan deprivasi sosial. (Durand, 2007).
3. Faktor Biologis
a). Pengaruh genetik
Kebanyakan peneliti percaya bahwa di samping pengaruh-pengaruh lingkungan, penderita retardasi mental mungkin dipengaruhi oleh gangguan gen majemuk (lebih dari satu gen) (Abuelo, 1991, dalam Durand, 2007) Salah satu gangguan gen dominan yang disebut tuberous sclerosis, yang relatif jarang, muncul pada 1 diantara 30.000 kelahiran. Sekitar 60% penderita gangguan ini memiliki retardasi mental (Vinken dan Bruyn, 1972, dalam Durand 2007).  Phenyltokeltonuria (PKU) merupakan gangguan genetis yang terjadi pada 1 diantara 10.000 kelahiran (Plomin, dkk, 1994, dalam Nevid, 2002). Gangguan ini disebabkan metabolisme asam amino Phenylalanine yang terdapat pada banyak makanan. Asam Phenylpyruvic, menumpuk dalam tubuh menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat yang mengakibatkan retardasi mental dan gangguan emosional.

b). Pengaruh kromosomal
Jumlah kromosom dalam sel-sel manusia yang berjumlah 46 baru diketahui 50 tahun yang lalu (Tjio dan Levan, 1956, dalam Durand, 2007). Tiga tahun berikutnya, para peneliti menemukan bahwa penderita Sindroma Down memiliki sebuah kromosom kecil tambahan. Semenjak itu sejumlah penyimpangan kromosom lain menimbulkan retardasi mental telah teridentifikasi yaitu Down syndrome dan Fragile X syndrome.
                   1. Down syndrome
Sindroma down, merupakan bentuk retardasi mental kromosomal yang paling sering dijumpai, di identifikasi untuk pertama kalinya oleh Langdon Down pada tahun 1866. Gangguan ini disebabkan oleh adanya sebuah kromosom ke 21 ekstra dan oleh karenanya sering disebut dengan trisomi 21. (Durand, 2007). Anak retardasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 – 60, dan rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50. (Wade, 2000, dalam Nevid 2003). Menyatakan abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan retardasi mental adalah sindrom down yang ditandai oleh adanya kelebihan kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan kromosom ke 21, sehingga mengakibatkan jumlah kromosom menjadi 47. Anak dengan sindrom down dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu, seperti wajah bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah ke bawah pada kulit dibagian ujung mata yang memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol, tangan yang kecil, dan berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek, jari kelima yang melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupakan ciri-ciri anak dengan sindrom down. Hampir semua anak ini mengalami retardasi mental dan banyak diantara mereka mengalami masalah fisik seperti gangguan pada pembentukan jantung dan kesulitan pernafasan. (Nevid, 2003)

                   2. Fragile X syndrome
Fragile X syndrome merupakan tipe umum dari retardasi mental yang diwariskan. Gangguan ini merupakan bentuk retardasi mental paling sering muncul setelah sindrom down (Plomin, dkk, 1994, dalam Nevid, 2003). Gen yang rusak berada pada area kromosom yang tampak rapuh, sehingga disebut Fragile X syndrome. Sindrom ini mempengaruhi laki-laki karena mereka tidak memiliki kromosom X kedua dengan sebuah gen normal untuk mengimbangi mutasinya. Laki-laki dengan sindrom ini biasanya memperlihatkan retardasi mental sedang sampai berat dan memiliki angka hiperaktifitas yang tinggi. Estimasinya adalah 1 dari setiap 2.000 laki-laki lahir dengan sindrom ini ( Dynkens, dkk, 1998, dalam Durand, 2007).


D. Permasalahan Anak Berekemampuan Mental Rendah
a. Kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, misal saat mengikat tali sepatu, merapikan tempat tidur,
b. Masalah kesulitan belajar terutama pada bidang akademik, matik, ipa, bahasa, mengalami kesulitan pada proses menangkap pelajaran, kesulitan belajar yang baik, mencari metode yang tepat, berpikir abstrak terbatas.
c. Masalah penyesuaian diri. Kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan. Cenderung dijauhi masyarakat hal tersebut mengganggu pembentukan pribadi.          
d. Penyaluran ke tempat kerja. Masih sedikit sekali  
e. Masalah kepribadian dan emosi. Kemampuan berpikir dan keseimbangan kepribadiannya labil
f. Masalah pemanfaatan waktu luang. Perlu ada kegiatan di waktu luang agar tidak mengganggu lingkungan

E. Akibat Yang Menyertai Retardasi Mental
1. Akibat Bagi Anak
Akibat yang ditimbulkan oleh gangguan retardasi mental bagi anak yang mengalaminya antara lain sebagai berikut :
Ø  Konsep diri yang seharusnya positif menjadi negatif
Ø  Dalam mengingat sulit jika tidak diurutkan dari awal
Ø  Sulit meraih sukses dan menyelesaikan karir sekolahnya
2. Akibat Pada Orang Tua dan Guru
Karena dengan kecendrungan Retardasi mental banyak kata-kata/ simbol-simbol susah di ingatnya jika tidak berurutan dari pertama dia lihat sehingga orang tua harus banyak meluangkan waktu pada anak yang terkena gangguan Retardasi Mental dan harus membuat simbol/ kata-kata/ kegiatan yang berurut dari awal.
Bagi guru yang mengajari anak Retardasi Mental harus banyak bersabar dalam mengajar jika mengenalkan pada anak simbol/ kata-kata agar si anak bisa memahaminya.
Terkadang orang tua dan guru menjadi hilang kesabaran dalam memberikan simbol/ kata-kata yang harus berurut dan tidak boleh acakan pada anak yang menggalami Retardasi Mental.



F. Penanganan Terhadap Retardasi Mental
Pencegahan retardasi mental dapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
1. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mentaldapat dilakukan dengan:a. Pendidikan kesehatan pada masyarakat.b. Perbaikan keadaan social-ekonomi.c. Konseling genetik.d. Tindakan kedokteran, antara lain:1) Perawatan prenatal dengan baik;2) Pertolongan persalinan yang baik;3) Pencegahan kehamilan usia sangat muda (usia ibu kurang dari20 tahun) dan terlalu tua (usia ibu lebih dari 46 tahun).
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapatdilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.






















DAFTAR PUSTAKA

Greene, Beverly.  Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus . 2003. Psikologi Abnormal. Penerbit Erlangga.
I.G A.K. Wardani, dkk. 2007. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumardi Suryabiata. 2004. Psikologi Pendidikan Jakarta: PT. Raja Grapindo
Richards, Graham. 2009. PSIKOLOGI. Yogyakarta: Pustaka Baca




{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. Baccarat and Strategy for the Poker Room - FEBCASINO
    Baccarat is a great way for you to play on the casino floor. The casino floor 메리트 카지노 쿠폰 is filled with baccarat, hands-down poker, 바카라 and baccarat. It 온카지노

    BalasHapus

STAIN KEDIRI

Pos Terpopuler

Arsip-Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

- Copyright © 2025 Ilmu dan Cahaya -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -