- Back to Home »
- Balaghoh »
- Hakikat Ilmu Badi'
Posted by : Unknown
Sabtu, 04 April 2015
Menurut leksikal: suatu ciptaan
baru yang tidak ada contoh sebelumnya. Menurut terminologi: Suatu ilmu yang
dengannya diketahui metode dan cara-cara yang ditetapkan untuk menghiasi
kalimat dan memperindahnya setelah kalimat tersebut sesuai dengan situasi dan
kondisi dan telah jelas makna yang dikehendaki.
Objek kajian ilmu badi’ adalah
upaya memperindah bahasa baik pada tataran lafal (muhassinaat lafdziyyah)
maupun makna (muhassinaat ma’nawiyyah) dan kalau ma’ani dan bayan membahas
materi dan isinya, maka badi’ membahas dari aspek sifatnya.
B. Muhassinaat Lafdhiyyah
Jinas: suatu kata yang merupakan
derivasi dari kata umum dari nau’. Dalam ilmu balaghah, jinas bermakna
kemiripan pengungkapan dua lafal yang berbeda artinya. Atau dengan kata lain,
suatu kata yang digunakan pada tempat yang berbeda dan mempunyai makna yang
berbeda.
Iqtibas, secara leksikal bermakna
‘menyalin’ dan ‘mengutip’. Secara terminologi adalah kalimat yang disusun oleh
penulis dengan menyertakan patikan ayat atau hadits ke dalam rangkaian
kalimatnya tanpa menjelaskan bahwa petikan itu berasal dari al-Quran atau
hadits.
Saja’, secara leksikal bermakna
‘bunyi’ atau ‘indah’. Secara terminologis, saja’ adalah persesuaian bunyi.
Jenis-jenis saja’:
- Al-Mutharraf: sajak yang dua
akhir kata pada sajak itu berbeda dalam wazannya, dan persesuaiannya dalam
huruf akhirnya
- Al-Murashsha’: saja’ yang padanya
lafal-lafal dari salah satu rangkaiannya, seluruhnya atau sebagian besarnya
semisal bandingannya dari rangkaian yang lain
– Al-Mutawaazi: saja’ yang
persesuaian padanya terletak pada dua kata yang akhir saja.
Saja’ yang indah:
– Sama faqrahnya
– Faqrah kedua lebih panjang
– Yang terpanjang faqrah ketiganya
– Bagian-bagian kalimatnya seimbang
– Rangkaian kalimatnya bagus dan
tidak dibuat-buat
– Bebas dari pengulangan yang tidak
berfaedah
Ada kemiripan antara jinas dan saja’.
Perbedaannya:
– Pada jinas, kemiripan dua lafal
yang berbeda artinya atau maknanya. Sedangkan saja’ adalah cocoknya huruf akhir
dua fashilah atau lebih.
– Kemiripan pada jinas terdapat
pada macam huruf, syakal, jumlah, dan urutannya. Sedangkan kemiripan pada saja’
dilihat dari kecocokannya fashilahnya baik dalam wazan ataupun hurufnya.
MUHASSINAAT MA’NAWIYAH
Tauriyah secara leksikal bermakna
‘tersembunyi’. Secara terminologi: suatu lafal yang mempunyai makna ganda,
makna pertama dekat dan jelas akan tetapi tidak dimaksud, sedang makna kedua
jauh dan tersembunyi, akan tetapi makna itulah yang dimaksud mahassinaat ma’nawiyah.
Tauriyah mempunyai beberapa
kategori:
- Mujarradah: tauriyah yg tdk
dibarengi oleh ungkapan yang cocok untuk keduanya
- Murasysyahah: tauriyah yang
dibarengi oleh ungkapan yang sesuai untuk makna dekat
- Mubayyanah: tauriyah yang
dibarengi oleh ungkapan yang sesuai untuk makna jauh
- Muhayyanah: tauriyah yang
terwujud setelah ada ungkapan sebelum atau sesudahnya
Musyakalah secara leksikal bermakna
‘saling membentuk’. Secara terminologi: menuturkan sesuatu ungkapan bersamaan
dengan ungkapan lain, yang kedudukannya berfungsi sebagai pengimbang.
Istikhdam: menyebutkan suatu lafal
yang mempunyai dua makna, sedangkan yang dikehendaki adalah salah satunya.
Muqaabalah secara leksikal bermakna
‘saling berhadapan’. Secara terminologis: mengemukakan dua makna yang sesuai
atau lebih kemudian mengemukakan perbandingannya secara tertib.
Ta’kid al-madl bimaa yusybih
al-dzamm: memuji seseorang akan tetapi seperti mencela:
- Menafikan suatu sifat tercela
setelah mendatangkan sifat terpuji
- Menetapkan sifat pujian, kemudian
diikuti oleh istitsna dan sifat pujian lainnya
I’tilaf al-lafzhi ma’a al-ma’na:
- Definisi pertama: menghimpun dua
perkataan yang saling terkait baik lafalnya maupun maknanya. Juga dinamakan
tanasub (keterkaitan), tawafuq (kesesuaian), i’tilaf (adanya pertalian)
- Definisi kedua: Menghimpun dua
hal atau beberapa hal yang bersesuaian. Hal-hal tsb tidak dilihat dari aspek
tersusunnya.
– Definisi ketiga: keadaan beberapa lafal sesuai dengan beberapa
makna. Karena itu dipilih lafal-lafal yang agung dan kata-kata yang keras untuk
menunjukkan kemegahan dan kesemangatan. Selain itu pula dipilih lafa-lafal yang
lunak dan lembut untuk sanjungan
Catatan:
– Pertama: adanya kesesuaian antara
dua ungkapan
– Kedua: makna mempunyai kesesuaian
– Ada penggabungan dua hal dan
beberapa hal
Al-Jam’u secara leksikal bermakna
‘mengumpulkan’. Secara terminologi: menghimpun beberapa lafal dalam satu hukum.
At-Tafriq secara leksikal bermakna
‘memisahkan’. Secara terminologi: mutakallim sengaja menyebut dua hal yang
sejenis, kemudian mengungkapkan perbedaan dan pemisahan di antara keduanya,
untuk tujuan memuji, mencela, menisbatkan, dll.
Husn at-Ta’lil: sastrawan
mengingkari secara terang-terangan ataupun tersebunyi terhadap alasan yang
telah diketahui umum bagi suatu peristiwa, kemudian dia mendatangkan alasan
lain yang bernilai sastra dan lembut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.
Istithraad: seorang pembicara
berpindah dari maksud ungkapan yang sedang diucapkannya kepada ungkapan lain
yang masih mempunyai keterkaitan dengannya. Setelah itu ia kembali kepada
ungkapan yang ditujukan sejak awal.
Iththiraad: suatu ungkapan yg
mengandung penyebutan nama dari beberapa bapak atau anak secara tertib dan
mutlak.
Taujih secara leksikal bermakna
‘pembimbingan’ atau ‘pengarahan’. Secara istilah: mendatangkan kalimat yang
memungkinkan dua makna yang berlawanan secara seimbang, seperti mengejek,
memuji, agar orang yang mengucapkan dapat mencapai tujuannya, yaitu tidak
meaksudkan pada salah satunya secara eksplisit.
Definisi lain taujih: mengucapkan
satu kalam ihtimal yang memungkinkannya mempunyai dua makna yang berbeda.
Perbedaan taujih dan tauriyah:
- Tauriyah terdapat pada kata,
sedang taujih terdapat pada sebuah susunan kalam
- Pada tauriyah, dari kedua
pengertian yang dikandungnya hanya satu yang dimaksud, yaitu makna jauh.
Sedangkan pada taujih, tidak jelas mana makna yang dimaksudnya.
Thibaq adalah terhimpunnya dua kata
dalam satu kalimat yang masing-masing kata tsb saling berlawanan dari segi
maknanya.
Thibaq ada dua jenis:
- Thibaq ijab: apabila di antara
kedua kata yang berlawanan tdk mempunyai perbedaan dalam hal ijab (positif) dan
salab (negatif) – nya.
- Thibaq salab: apabila di antara
kedua kata yang berlawanan mempunyai perbedaan dalam nilai ijab (positif) dan
salab (negatif) - nya
Thayy dan nasyr: menyebutkan
beberapa makna kemudian menuturkan makna untuk masing-masing satuannya secara
umum dengan tanpa menentukan, karena bersandar kepada upaya pendengar dalam
membedakan makna untuk masing-masing dari padanya dan mengembalikan untuk yang
semestinya:
- Lafal yang berbilang itu
disebutkan menurut tertib kandungannya
- Lafal yang berbilang itu
disebutkan tidak menurut tertib urutannya
Mubalaghah: ekspresi ungkapan yang
menggambarkan sesuatu hal secara berlebihan yang tidak mungkin (tdk sesuai
dengan kenyataan). Ada tiga kategori:
- Tabligh: suatu ungkapan itu
mungkin terjadi baik secara logika maupun realita.
- Ighraq: menggambarkan sesuatu yg
secara logika tdk mungkin terjadi tetapi secara realita mgk terjadi
- Ghulu: ungkapan yg menggambarkan
sesuatu baik secara logika maupun realita tidak mungkin terjadi. Ghulu yang
diterima biasanya disertai lafal ‘kaada’ dan ‘lau’
Iltifat secara etimologis memiliki
arti ‘perubahan’, ‘genggaman’, ‘lilitan’, ‘makan’, ‘melihat’, ‘campuran’.
Iltifat: perpindahan dari semua
dhamir; mutakallim, mukahatthab atau ghaib kepada dhamir lain, karena tuntutan
dan keserasian yang lahir melalui pertimbangan dalam menggubah perpindahan itu,
untuk menghiasi percakapan dan mewarnai seruan, agar tidak jemu dengan satu
keadaan dan sebagai dorongan untuk lebih memperhatikan, karena dalam setiap
yang baru itu ada kenyamanan, sedangkan sebagian iltifat memiliki kelembutan,
pemiliknya adalah rasa bahasa yang sehat.
Iltifat: perpindahan gaya bahasa
dari bentuk mutakallim atau mukhatthab atau ghaib kepada bentuk yang lainnya,
dengan catatan bahwa dhamir yang dipindah itu dalam masalah yang sama kembali
kepada dhamir yang dipindahkan, dengan artian bahwa dhamir kedua itu dalam
masalah yang sama kembali kepada dhamir pertama.
Iltifat: perpindahan dari sebagian
gaya bahasa (uslub) kepada gaya bahasa lain yang mendapat perhatian.
Iltifat: penyimpangan dari suatu
gaya bahasa dalam kalam kepada gaya bahasa lain yang berbeda dengan gaya bahasa
yang pertama.
Iltifat dhamir:
- Iltifat dari mutakallim kepada
mukhatthab
- Iltifat dari mutakallim kepada
ghaib
- Iltifat dari mukhatthab kepada
ghaib
- Iltifat dari ghaib kepada
mukhatthab
- Iltifat dari ghaib kepada
mutakallim
Iltifat ‘adad al-dhamir:
perpindahan dari satu bilangan pronomina kepada pronomina lain di antara
pronomina yang tiga, dengan catatan bahwa dhamir baru itu kembali kepada dhamir
yang sudah ada dalam materi yang sama:
- Dari mutakallim mufrad kepada
mutakallim ma’al ghair
- Dari mutakallim ma’al ghair kepada
mutakallim mufrad
- Dari mukahatthab mufrad kepada
mukhatthab mutsanna
- Dari mukhatthab mufrad kepada
mukhatthab jamak
- Dari mukhatthab mutsanna kepada
mukhatthab mufrad
- Dari mukhatthab mutsanna kepada
mukhatthab jamak
- Dari mukhatthab jamak kepada
mukhatthab mufrad
- Dari ghaib mufrad kepada ghaib
mutsanna
- Dari ghaib mufrad kepada ghaib
jamak
- Dari ghaib mutsanna kepada ghaib
jamak
- Dari ghaib jamak kepada ghaib
mufrad
- Dari ghaib jamak kepada ghaib
mutsanna
Iltifat anwa’ al-jumlah: perpindahan
dari satu jumlah (kalimat) kepada jumlah lain di antara macam-macam jumlah yang
ada; dengan catatn bahwa materi pada jumlah baru itu kembali kepada jumlah yang
sdh ada.
- Dari jumlah fi’liyah kepada
jumlah ismiyyah
- Dari jumlah ismiyyah kepada
jumlah fi’liyyah
- Dari kalimat berita kepada
kalimat melarang
– Dari kalimat berita kepada
kalimat perintah
– Dari kalimat perintah kepada
kalimat berita
– Dari kalimat melarang kepada
kalimat berita
– Dari kalimat bertanya kepada
kalimat berita
Para ahli balaghah bersepakat
tentang keterkaitan iltifat dengan makna, pengaruhnya kepada jiwa, serta faedah
dan poin yang didapat dalam berbagai gaya bahasa dan konteks.